1. IDE
Idealnya, IDE ini harus unik dan original. Tapi,
memutuskan untuk menyadur sebuah karya orang lain itu juga termasuk sebuah IDE
lho… Untuk mencari IDE, banyak cara yang bisa dilakukan. Melakukan pengamatan
terus-menerus, jalan-jalan ke tempat yang aneh dan belum pernah didatangi
manusia, nangkring di pohon asem di pinggir jalan sambil mengamati kendaraan
yang lalu lalang, atau bahkan duduk santai di sebuah food court di suatu plaza
atau mall. Melamun sendirian di dalam kamar juga bisa mendatangkan ide, kok…
2. Sasaran
Setelah mendapatkan IDE, tentukan sasaran dari film yang
akan dibuat. Koleksi pribadi? Murid SMU? Komunitas S&M? Para Otaku? Para
Blogger? Siapa yang akan menonton film itu nantinya? Itu juga harus ditentukan
dengan jelas di awal. Jangan sampai terjadi, film tersebut ditujukan untuk anak
SMU tapi karena tidak disosialisasikan dengan jelas, akhirnya dipenuhi adegan
berantem penuh darah ala 300
3. Tujuan
IDE dan Sasaran sudah ditetapkan. Yang harus dipastikan
selanjutnya adalah tujuan pembuatan film. Ingin menggugah nasionalisme seperti
Naga Bonar? Ingin menyampaikan pesan terakhir sebelum nge-bom? Ingin
mendapatkan kepuasan pribadi seperti pembuatan film Passion of the Christ? Apa?
4. Pokok Materi
Berikutnya adalah menyusun pokok materi. Apa sih pesan
yang ingin disampaikan? Ungkapan cinta? Sekedar pesan mengingatkan bahaya
merokok?
5. Sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan yang menggambarkan cerita
secara garis besar. Semacam ide awal gitu loh. Dari sinopsis ini, nantinya bisa
dikembangkan menjadi cerita yang lebih detil.
6. Treatment
Tahapan ini adalah penggambaran adegan-adegan yang
nantinya akan muncul dalam cerita. Tidak mendetil. Contoh treatment itu seperti
ini…
Ada seorang perokok yang sedang merokok dengan santainya.
Kemudian tiba-tiba dia batuk-batuk dengan hebat dan agak lama. Sebelum beranjak
pergi, orang itu membuang rokoknya sembarangan. Tiba-tiba muncul api…
7. Naskah
Naskah adalah bentuk mendetil dari cerita. Dilengkapi
dengan berbagai penjelasan yang mendukung cerita (seting environment,
background music, ekspresi, semuanya…). Contoh naskah itu, seperti ini…
FS. Ali mengayuh becak. Ais duduk merenung, tidak
mempedulikan Ali yang bolak-balik menatapnya.
Ali : Dak usah dipikir lah, Mbak…
Ais : (kaget) Heh? Apa, Bang?
8. Pengkajian
Pengkajian disini, adalah yang dilakukan oleh seorang
ahli isi (content) atau ahli media. Yang dikaji, adalah apakah naskahnya sudah
sesuai dengan tujuan semula? Dan hal-hal yang mirip seperti itu…
9. Produksi Prototipe
Proses ini dibagi jadi 3 sub-tahap, yaitu pra-produksi
(penjabaran naskah, casting pemain, pengumpulan perlengkapan, penentuan dan
pembuatan set, penentuan shot yang baik, pembuatan story board, pembuatan
rancangan anggaran, serta penyusunan kerabat kerja), produksi (pengambilan
gambar sesuai dengan naskah dan improvisasi sutradara), purna-produksi (intinya
adalah editing).
10. Uji coba
Uji coba ini dilakukan dengan memutar prototipe di
hadapan sekelompok kecil orang. Kalau produsen film besar, biasanya melakukan
ini di hadapan para kritikus. Tujuannya adalah untuk mengetahui respon dari
calon audiens.
11. Revisi
Setelah ada respon, maka dilakukan perubahan jika
diperlukan. Karena itu lah, banyak film yang memiliki deleted
scenes. Itu diakibatkan proses uji coba dan revisi ini.
12. Preview
Preview itu adalah pemutaran perdana, di hadapan para
ahli isi, ahli media, sutradara, produser, penulis naskah, editor, dan semua
kru yang terlibat dalam produksi. Tujuan dari preview ini adalah untuk
memastikan apakah semuanya berjalan lancar sesuai rencana atau ada
penyimpangan. Bisa dikatakan, bahwa preview ini adalah proses pemeriksaan
terakhir sebelum sebuah film diluncurkan secara resmi.
13. Pembuatan Bahan Penyerta
Bahan Penyerta itu adalah poster iklan, trailer, teaser,
buku manual (jika film yang dibuat adalah sebuah film tutorial), dan lain
sebagainya yang mungkin dibutuhkan untuk mensukseskan film ini.
14. Penggandaan
Tahap terakhir adalah penggandaan untuk arsip dan untuk
didistribusikan oleh para Joni (ini terjadi pada jaman dulu kala, waktu format
film digital masih ada di angan-angan).
Nah, demikian lah proses produksi sebuah film. Dari awal
sampai akhir, siap untuk didistribusikan. Jadi, apa lagi yang ditunggu? Mari
kita produksi film-film berkualitas agar tidak dikatakan bahwa sineas Indonesia
telah kehilangan kreatifitas dan tidak bisa memproduksi karya orisinil lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar